Selasa, 07 November 2017

Tumbal Jalur Maut

"Selalu ada yang memperhatikanmu. Jangan lengah atau nyawamu hilang."

Riana tak kuasa untuk berteriak. Dia juga tak mampu menahan lonjakan air dari kelenjar air matanya itu. Tak bisa pula membangun bendungan di pelupuk kedua matanya. Tangis Riana pecah. Dia menangis sesegukan dalam keadaan tersorot lampu penerangan jalan yang berkedip-kedip. Yang lebih menyeramkan lagi. Angin berembus berputar mengelilingi Riana. Dia bisa melihat bunga-bunga kamboja yang berserakan di jalanan itu bergerak mengikuti embusan angin tersebut. Meliuk-liuk. Berputar-putar. Bunga-bunga itu seperti ini menggulung tubuh Riana. Jalanan yang lurus membentang tetap lengang. Tempat itu bagai panggung kematian. Petir kembali menggelegar. Riana menggigil. Rupanya dingin mulai memilin. Kebekuan udara seolah sudah memeluknya erat. Sementara bebungaan kamboja itu masih berputar tiada henti. Bagi Riana, rasanya lebih baik pingsan saja, atau pula mati dengan segera. Namun, keadaan tidak menginginkan hal itu sampai terjadi.
______________________________________________________
Banyak jalur maut di Jakarta dan salah satunya adalah jalur maut di Bekasi, yang membuat kita lebih serius menanggapi permasalahan di Bekasi selain bully-mem-bully di media sosial. Karena jalur maut Bekasi ini bukan hanya menelan korban secara asal tapi juga tumbal bagi mereka yang bermasalah dengannya. Novel ini membuka salah satu cerita kelam jalur maut Bekasi supaya Anda lebih hati-hati bila lewat di sana.
(Lewi Satriani, penulis novel ‘Yang Belum Mati di Jeruk Purut’)

Kisah arwah penasaran berbalut dendam memang tak pernah kehilangan tempat di hati pembaca. Dan novel ini bisa jadi satu pilihan. Disajikan dengan gaya filmis, penulis berhasil merenggut nyali pembaca ke dalam alunan ceritanya. Seru, mencekam, menegangkan dan pantang untuk dilewatkan.
(Lonyenk Rap, penulis, penyiar dan rapper)

Ceritanya cukup tegang, berawal dari sebuah perjalanan perselingkuhan, dikuliti Ari menjadi kisah mencekam, setiap jengkal cerita menjadi sesak napas untuk menuntaskannya.
(Oke Sudrajatt, penulis novel ‘Kematian Kedua’, ‘Karma Menuju Kematian’)
____________________________________________
Kata Pengantar

Tumbal Jalur Maut adalah novel saya yang menceritakan atau mengambil setting tempat sebuah jalan di kota Bekasi. Awalnya saya membaca sebuah berita di media online yang menyebutkan bahwa Jalan Jendral Ahmad Yani adalah salah satu jalur maut di kota Patriot ini. Dan dari berita tersebut, warga sekitar menjelaskan atau menuturkan kalau jalan itu seperti meminta tumbal. Berangkat dari itulah saya mencoba membuat novel horor tentang jalan itu dibalut dengan cerita tentang perselingkuhan dua pasang kekasih.

Sebelum saya menuliskan cerita ini, saya menyambangi jalan tersebut. Saya sempat mengamati bagaimana kendaraan-kendaraan yang lalu-lalang, serta orang-orang yang beraktivitas di sisi jalan raya itu. Saya juga sempat mengambil gambar atau keadaan jalan tersebut. Setelah itu saya pulang ke rumah, dan menuliskan cerita ini.

Setelah novel ini rampung, ada ketakutan dalam diri saya yang tidak saya mengerti. Sampai beberapa waktu saya simpan saja naskah ini. Lantas waktu yang terus bergulir membuat saya berpikir untuk tidak mengirim lagi naskah ini ke penerbit. Biarlah naskah ini saya simpan dan tak ada yang membaca. Lagi-lagi, niat itu muncul karena ada ketakutan atau kekhawatiran yang tak saya paham sepenuhnya. Sampai terus saya menerka-nerka. Mungkin saya takut karena jalur maut itu memang benar ada. Mungkin saya khawatir bahwa tokoh-tokoh dalam novel ini ternyata benar ada dan mengalami apa yang saya tuliskan. Mungkin saya takut karena jalan tersebut kerap kali saya lintasi. Dan kemungkinan-kemungkinan lain yang enggan atau tak bisa saya jelaskan di sini.

Sampai beberapa waktu kemudian. Seperti ada yang menyadarkan saya. Ya, bahwa di setiap jalan pasti ada saja kemungkinan terjadinya kecelakaan. Cerita ini bisa jadi semacam mengingatkan atau mungkin pemberitahuan kepada siapa pun untuk berhati-hati di jalan raya, patuhi rambu-rambu lalu-lintas, berkosentrasi dan tak lupa selalu berdoa. Berangkat dari itulah, akhirnya saya kirimkan naskah Tumbal Jalur Maut ini ke penerbit Kinomedia (Kinomedia Writer Academy) dengan harapan yang sederhana kepada pembaca, ambil yang baiknya dari cerita ini, dan tentu buang saja yang buruknya.
Selebihnya, semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.

Bekasi, 28 Oktober 2014.
Ari Keling.
-----------------------------------------------------------------
Ah ya, terlepas dari hal-hal gaib atau mistis di jalan ini, ada saja hal-hal yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Seperti foto yang saya ambil di sana. Ada orang-orang yang menyeberang jalan langsung di jalan raya, sementara ada jembatan penyeberangan di dekat mereka. Mobil yang parkir di area dilarang parkir, serta pengendara motor yang melawan arah tanpa mengenakan helm. Dan mungkin ada hal lainnya yang lepas dari pengamatan saya.

Salam.
---------------------------------------------------------------
Bisa pesan novel ini ke Kinomedia WA.

Novel ini juga tersedia di aplikasi Wayang (iTunes, Android, Windows phone, Blackberry, website).#eBook
http://www.wayang.co.id/index.php/toko/detail/37158

Tidak ada komentar:

Posting Komentar