Senin, 27 November 2017

FAN

Sumber gambar atau poster : http://images.financialexpress.com/2016/04/fan-bh-6.jpg
FAN bercerita mengenai seorang pemuda berusia 20 tahunan bernama Gaurav (Shah Rukh Khan) yang sangat mengidolakan mega bintang bernama Aryan Khanna (Shah Rukh Khan). Dari tanah kelahirannya di New Delhi, dia melakukan perjalanan ke kota impiannya, Mumbai, untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada sang idola yang tengah berulang tahun. Ketika rencananya tidak berjalan sesuai yang dia harapkan, cinta dan hasratnya pada sang idola berubah menjadi obsesi yang membahayakan.

---------------

"Life risk pe laga di aapse milne ke liye."
"Aku membahayakan hidupku untuk bertemu denganmu."
Itulah kalimat yang diucapkan Gaurav ketika berhasil bertemu dengan Aryan Khanna. Pertemuan itu karena Gaurav--meyakini--telah membela, melindungi, serta membuat Aryan senang. Padahal, Gaurav sudah melakukan tindak kejahatan yang tidak bisa dibenarkan oleh Aryan, yang membuat idolanya itu merasa sangat terganggu--bahkan secara hukum pun Gaurav tetap salah apa pun alasannya. Di sini saya melihat Gaurav memang seorang penggemar yang luar biasa.

Aryan yang merasa terusik dengan tindakan dan segala ucapan Gaurav, akhirnya mematahkan hati penggemarnya itu. Di sinilah saya melihat perubahan seorang mega bintang di depan dan balik layar. Saya pun merasakan kecewa, sama seperti Gaurav yang tak menyangka idolanya tidak seperti yang dia kira selama ini. Namun, di sisi lain saya memahami apa yang dirasakan oleh Aryan, bahwa mega bintang pun manusia; bisa marah, kecewa dan emosi. Ya, bahwa mega bintang tak bisa bertemu dengan semua penggemarnya, sebab dia punya kehidupannya sendiri.

Sampai akhirnya Gaurav melakukan hal-hal--bisa dibilang mengerikan--setahun kemudian. Seperti balas dendam, dia membuat hidup Aryan tidak tenang. Di bagian ini sampai menjelang akhir film, saya mulai menyadari bahwa ada yang tak beres dengan Gaurav. Ya, sesungguhnya Gaurav bukan memiliki masalah dengan Aryan, melainkan dia punya masalah dengan dirinya sendiri. Saat itu saya merasa ada kesedihan yang coba saya pahami. Ya, saya bisa memaklumi--mungkin lebih tepatnya mengerti--dengan ending film ini. Sampai kapan pun Aryan tidak akan bisa mengerti segala pikiran Gaurav. Bahkan, dunia pun tak akan mampu memahami seorang Gaurav. Ya, Gaurav yang sesungguhnya punya masalah dengan dirinya sendiri, dialah yang bisa mengalahkan dirinya sendiri; mengobati dirinya sendiri. Sebab, hanya Gaurav yang mengerti dirinya sendiri.

Ah ya, dalam film ini Shah Rukh Khan berperan ganda dengan special make up-effects. Greg Cannon, Make-up artist asal Hollywood peraih Oscar, yang membuat tampilan wajah SRK di usia 20 tahun. Ini film bollywood tanpa adanya nyanyian di dalamnya. Hanya ada OST-nya saja.

Salam,
Ari Keling.

  • Ulasan ini pernah saya posting di akun facebook saya tanggal 18 April 2016.

Sabtu, 11 November 2017

THIS IS MY HOUSE .... (The Conjuring 2: The Enfield Poltergeist)

Sumber poster : http://www.impawards.com/2016/conjuring_two_ver2.html

Saya suka sekali dengan film horor yang membuat kalimat atau perkataan yang pada akhirnya menyusup dalam ingatan. Jika di film 'Case 39' ada dialog "Why, Emily? Why, Emily?" dan di film 'The Conjuring' ada 'Miss me?', maka di film 'The Conjuring 2' ada 'This is my house ....'. Kali ini tentu saya akan coba mengulas film 'The Conjuring 2'. Menurut saya tidak spoiler. Pasalnya, sebagian info yang akan saya bicarakan sebenarnya sudah disajikan--baik di blurb maupun di media--terlebih dahulu sebelum filmnya tayang.

Film 'The Conjuring 2: The Enfield Poltergeist' ini menceritakan kisah nyata, yaitu salah satu kasus terseram pada tahun 1977 hingga 1979 yang terjadi di Inggris, tepatnya di Enfield, pinggiran kota London. Adalah Peggy Hodgson, seorang single mother yang memiliki empat anak: Janet, Margaret, Billy dan Johnny. Kisah ini berpusat pada Janet, gadis 11 tahun yang diganggu oleh makhluk halus di rumahnya.

Dari cuplikan pertama dan kedua film ini, buat saya sangat menjanjikan. Ya, terbukti di bagian awal langsung mencekam dari Lorraine yang melakukan astral project. Dan lagi, mungkin banyak penonton yang tidak sadar atau tidak tahu, bahwa kita sebagai penonton sudah 'dihajar' terlebih dahulu oleh musik buatan Joseph Bishara. Saya yakin sekali itu konsep James Wan dkk bagaimana menimbulkan kesan seram, teror atau angker di awal. Ya, salah satunya lewat musik. Film Wan memang begitu.

Waktu selesai menonton 'The Conjuring' yang pertama, saya sangat 'terganggu' atau penasaran dengan kisah masa lalu Ed dan Lorraine Warren; saat Ed bilang ada yang dirahasiakan oleh Lorraine kepadanya. Pasti ada kawan-kawan yang inget atau ngeh soal ini. Nah, di sekuelnya ini rahasia itu dibongkar, karena apa yang dulu Lorraine 'lihat' saat menangani kasus sejenis, kali ini terlihat lagi. Rahasia yang pada akhirnya diberitahu kepada Ed tentu membuat keduanya takut setengah mati.

'The Conjuring' yang pertama menuai sukses. Di Muvila.com menyebutkan, pendapatan box office secara global sebesar 318 juta dolar AS dari bujet produksi 20 juta dolar AS. Bukan hanya itu, film arahan James Wan ini dianggap terlalu seram, sampai MPAA (Motion Picture Association of America) memberi rating R (Restricted). Nah, lantaran hal ini saya yakin sekali tentu ada beban yang Wan rasakan saat menggarap sekuelnya. Pasti banyak pertimbangan yang Wan pikirkan. Maka apa yang saya saksikan film sekuelnya ini banyak perbedaan meski konsep besarnya sama. Di film ini saya melihat ada kematangan lebih dan kejelian seorang Wan. Misal dialog--kalau tak salah--tentang kadang kita percaya dengan apa yang tidak dipercaya orang. Kalimat itu bukan sekadar kalimat, ada maksud dan tujuan tuk film ini. Contoh lain saat Ed membetulkan keran di wastafel rumah Peggy, ini juga bukan hal remeh, ada tujuannya. Yakni, pada akhirnya Ed mau atau menawarkan diri memeriksa ruangan bawah. Di sana Ed membetulkan saluran air. Kesan yang muncul ke saya, bahwa Ed memang bukan hanya paranormal, tapi dia juga bisa membetulkan hal-hal semacam itu. Jadi tidak ujug-ujug. Kira-kira begitu. Jangan tanya soal kemunculan hantunya, Wan paham betul bagaimana memunculkan hantu, arwah atau iblis di waktu yang tepat. Film ini pula lebih gereget daripada yang pertama. Ya, dalam cerita ada tekanan dari media dan dari orang-orang yang tak percaya hantu. Apalagi pada saat itu ada saja kejadian serupa yang ternyata sebuah kebohongan, terlepas dari orang atau keluarga itu mau tenar atau dapat uang dll. Sehingga pihak gereja pun tak bisa langsung menangani kasus seperti itu karena reputasi. Nah, Peggy yang sedang susah masalah ekonomi ini jadi dianggap punya modus seperti itu. Belum lagi soal Janet yang tersiksa kelelahan tak bisa tidur tenang, tentang dia yang tak dipercaya banyak orang, dia yang beda atau tak normal, dia yang ditakuti banyak orang, sampai kemudian tak punya teman. Ada keharuan yang kadang tiba-tiba muncul di film ini, guys. Dan lagi, selain ada iblis, ada pula arwah Bill Wilkins dan hantu orang bengkok. Ya, buat saya film ini lebih gereget dari sisi cerita. Mungkin benar ini kejelian James Wan agar sekuelnya ada pembeda, atau barangkali kisah nyatanya memang seperti itu dan diperkuat atau dimatangkan oleh Wan.

Film berdurasi 133 menit ini menurut saya agak lamban daripada teror di film pertamanya, sehingga jika dibandingkan dengan film pertama jadi kalah seram. Rasa mencekam yang sudah dibangun di awal pun berangsur-angsur berkurang menuju pertengahan. Sekali lagi jika itu dibandingkan dengan film pertamanya. Menurut saya ini risiko dari pembeda itu; beberapa bahasan di luar kisah Janet itu sendiri. Meski penyelesaiannya terlalu cepat, tapi 'The Conjuring 2' tetap memikat.

Saran saya, jangan sampai telat nonton film ini. Pastikan sudah duduk di bangku sebelum film dimulai. Jangan beranjak pulang dulu karena di akhir ada gambaran keluarga Peggy Hodgson yang aslinya, baik foto saat kumpul keluarga maupun saat kejadian seram itu tengah berlangsung.

Salam,
Ari Keling.

Rabu, 08 November 2017

Tidak Ada Kemenangan Dalam Perang (Battle of Surabaya)

Sumber poster : Fanpage Battle of Surabaya The Movies.

Film yang kabarnya dilirik Disney ini dibuka dengan sangat bagus, dari segi gambar dan sound yang menggelegar. Mungkin karena sejak awal saya tidak akan mengira sampai sebagus itu. Sampai saya spontan berkata, "Wah ... gila keren banget ini." Apalagi saat proklamasi dibacakan, jujur saya merinding. Tergetar juga hati saya ketika melihat pengibaran bendera Indonesia setelah bendera Belanda berhasil dirobek warna birunya di hotel Yamato. Lantas saya diajak untuk harap-harap cemas, atau mungkin lebih tepatnya saya digiring untuk benar-benar menantikan peristiwa besar yang terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya. Tapi sayangnya--mungkin ini hanya menurut saya--pada saat perang itu terjadi kejadiannya kurang diperlihatkan. Kenapa menurut saya bisa begitu? Ya, karena mengacu pada judul dan saya yang merasa diajak untuk benar-benar menantikan peristiwa itu terjadi. Sebenarnya--lagi-lagi menurut saya--film ini lebih kepada tentang bocah bernama Musa, di mana dia dipercaya menjadi kurir surat penting--tentang pergerakan pahlawan dan kode-kode perlawanan terhadap penjajah--maupun surat para pejuang atau pahlawan kepada keluarga mereka. Buat yang sudah menonton, mungkin akan tertawa ketika Musa berkata, "Aku hanya ingin makan kenyang dan tidur nyenyak." Benar, saya pun tertawa. Tapi ketika Musa berkata seperti itu lagi untuk yang kedua kali, saya agak merenung. Saya langsung mengartikan dengan kalimat lain dari ungkapan bocah itu, "Aku ingin merdeka, sehingga bisa dengan tenang melakukan apa saja." Kira-kira seperti itu.

Bagian paling mengharukan buat saya adalah ketika Musa membaca surat-surat para pejuang atau pahlawan yang hendak dia kasih kepada keluarga mereka, tapi dia tak tahu harus menyampaikan surat-surat itu ke mana sebab segalanya telah luluh lantak. Ya, setidaknya 6.000-16.000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200.000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 600-2.000 tentara. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada tanggal 10 November 1945 ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang.

Film ini ditutup dengan sangat manis. Didedikasikan bukan hanya untuk para pejuang atau pahlawan Indonesia, tapi juga untuk perang di seluruh dunia. Seperti yang disampaikan mendiang Ibu Musa kepada Musa, "Tidak ada kemenangan dalam perang. Jangan dendam."

Semoga weekend besok lebih banyak lagi yang nonton film ini. Terakhir saya ingin sampaikan kepada seluruh yang terlibat dalam film ini, "Terima kasih untuk film yang sangat keren ini."

Salam,
Ari Keling

Yang Jahat Bukan Rangga, Tapi Cinta! (Ada Apa dengan Cinta? 2)

Sumber poster : https://www.google.co.id/search?q=ada+apa+dengan+cinta+2&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjE76rS-a7XAhWCvbwKHRqLChAQ_AUICigB&biw=1024&bih=420#imgrc=tyzW674_zpkQYM:
Ya, buat saya yang jahat adalah Cinta, bukan Rangga. Meski pada akhirnya Rangga tetap bisa dibilang jahat, tapi itu hanya dari sudut pandang Cinta. Dan dalam film ini, saya rasa tak adil jika berbicara atau melihat keutuhan cerita hanya dari sudut pandang Cinta dan Rangga saja. Pasalnya, ada hati yang tersakiti di antara mereka; ada sosok yang—menurut saya—sebenarnya penting dalam film ini. Siapa? Nanti ya. Ah ya, maaf kali ini saya (terpaksa) spoiler. Jadi buat kamu yang tak suka dengan spoiler, sebaiknya jangan baca. Tapi kalau tetap mau baca ya silakan.

Di bagian awal saya suka sekali dengan Karmen. Wajahnya bercerita banyak dengan apa yang dilewatinya sebelum film ini dimulai—tentu dengan tambahan cerita dari Cinta dkk. Ya, tentang kehidupannya 14 tahun yang tak digambarkan dalam film ini. Sehingga saya jadi berharap kalau Karmen ini adalah tokoh penggerak cerita, dan memang dia punya ‘tugas’ seperti itu. Terbukti dia yang kali pertama melihat Rangga di Jogja, dia yang usul kepada kawan-kawannya tuk menceritakan itu kepada Cinta, dia pula yang punya alasan mengapa Cinta harus menemui Rangga karena masa lalunya yang pahit, serta dia juga yang bandel diam-diam mempertemukan Rangga dengan Cinta. Saya suka sekali dengan Karmen di film ini.

Saya terus disuguhkan kembali tokoh-tokoh dengan karakter yang masih tetap kuat—bisa dibilang ini mengenalkan kembali karakter-karakter Cinta dkk yang mengingatkan saya pada kelucuan dan persahabatan di film pertamanya. Hanya saja ketidakhadiran Alya—yang memang sejak trailer-nya rilis tak ada—membuat saya kecewa. Sebab, sejak ‘Ada Apa dengan Cinta?’ di tahun 2002 lalu Alya-lah tokoh yang saya sukai. Hehe. Dan yang lebih menyedihkan lagi Alya diceritakan meninggal dunia karena kecelakaan. Tak ada cara yang lainkah? Sakit, misalnya. Hiks.

Di bagian awal pula ada sosok yang tadi saya bilang penting, yaitu Tristan. Dia ini pacarnya Cinta; tunangannya Cinta, yang saat itu bilang, “Semalam saya melamar Cinta, dan jawabannya ... ya!” Saat itu saya bergumam dalam hati, film ini akan seru. Tentu saya tahu Rangga akan kembali ke Jakarta, tentang jurang kebodohannya yang ingin memiliki Cinta sekali lagi. Nah, kehadiran Tristan ini akan menjadi batu, bahkan bisa menjadi tembok tinggi dan besar buat Rangga. Kemunculan Tristan beserta dialognya itu yang membuat saya—mungkin juga penonton lain—berharap betul film ini akan menguras emosi atau katakanlah luapan perasaan. Tristan adalah jawaban juga buat saya. Sebab, saya juga bertanya, ‘Masa iya Cinta tak punya pacar atau pada akhirnya suka dengan lelaki lain setelah Rangga meninggalkannya bertahun-tahun?’ Ini juga jadi logika cerita terlepas apa pun alasan Cinta dekat dengan Tristan selepas Rangga.

Cinta dkk ke Jogja. Kalau tak salah ada urusan pekerjaan atau melihat pameran seni, tapi sekaligus liburan. Mereka semua sepakat tidak membawa pasangan. Ini masih masuk akal kok. Berangkatlah mereka. Dari New York Rangga pun ke Jogja. Nah loh kok kebetulan? Ya, ada kebetulan di sini, tapi kebetulan ini saya sukai. Sebab, menurut saya Rangga punya alasan kuat kenapa pada akhirnya dia balik ke Jakarta dan ke Jogja. Sebagai orang yang suka membuat cerita, saya pasti melakukan hal yang sama soal kebetulan seperti ini. Yaitu alasan yang kuat dari adanya kebetulan tersebut. Ada cerita tentang keluarga Rangga, terutama tentang ibunya yang harus Rangga temui.

Akhirnya Cinta bertemu dengan Rangga berkat Karmen meski awalnya Cinta menolak. Saya juga menunggu alasan kuat kenapa Rangga memutuskan dan meninggalkan  serta membiarkan Cinta sakit hati bertahun-tahun. Rangga yang memang sederhana saat itu malu melihat Cinta dari keluarga yang sangat mapan. Dia yang masih muda, bahkan bilang usia 23 tahun—sebenarnya sih tidak muda juga ya—hidupnya sedang berantakan, dan berpikir dia hanya akan membuat Cinta susah. Maka, Rangga memutuskan Cinta sebagai jalan keluar. Buat saya alasan itu cukup kuat dan masuk akal. Tentu sebagai lelaki yang hidup sangat sederhana dan sedang kesulitan, ketakutan yang dirasakan Rangga itu manusiawi. Apalagi dia menegaskan dia yang saat itu masih muda. Maka saya bilang, sebenarnya Rangga bukan jahat—meski dari sudut pandang Cinta bisa dibilang jahat. Dia hanya pengecut tak bisa atau berani menjelaskan itu kepada Cinta di waktu yang lalu.

Lantas Cinta dan Rangga jalan seharian penuh. Sampai akhirnya Cinta diantar ke vila oleh Rangga. Selama pertemuan itu saya tahu bagaimana perasaan Cinta. Tentu saja Cinta masih memiliki cinta kepada Rangga. Jelas sekali terlihat. Rangga pun tahu itu. Hehe.

Ah ya, Cinta dihadiahi puisi oleh Rangga yang dibuat saat perjalanan ke Indonesia. Buat saya, itu puisi pamungkas atau jagoannya, hanya saja menurut saya sound atau musik saat puisi itu dibacakan kurang klop. Entah kenapa musiknya tidak mendukung, padahal itu harusnya megang banget emosi penonton. Sayang sekali. Ya, puisi yang pada akhirnya Cinta tahu kalau Rangga masih menginginkannya, yang pada akhirnya membuat dia galau; melihat hatinya lebih dalam siapakah yang sebenarnya dia cintai.

Rangga menyusul Cinta yang pulang ke Jakarta dengan percaya diri kalau perempuan itu masih mencintainya. Perasaan cinta memang menuntut. Itulah yang terjadi pada Rangga. Dia ingin Cinta kembali bersamanya. Hanya saja Cinta menolak dan menegaskan ingin menikah. Tentu saja Cinta bohong. Akhirnya Rangga pergi kembali ke New York, dan sebelumnya berpapasan dengan Tristan yang mau menjeput Cinta.

Di bagian inilah si tokoh penting tidak dimainkan secara lebih. Tristan hanya minta penjelasan kepada Cinta yang akhirnya cerita tentang pertemuan dengan Rangga. Tentu saja Tristan kecewa. Tiba-tiba cerita berlanjut ke Cinta yang mengendarai mobil mengejar Rangga ke bandara, tentu saya tahu Cinta mau kembali kepada Rangga—penonton lain pun mungkin berpikir hal yang sama. Hanya saja yang membuat kecewa, tokoh Tristan yang penting ini tidak dimainkan sebagai batu atau tembok besar, dia hanya batu kerikil kecil yang mengganjal langkah Cinta dan Rangga. Padahal, film ini berdurasi 124 menit, artinya punya waktu yang sangat cukup untuk membuat adegan ... katakanlah Tristan marah-marah kepada Cinta atau terjadinya pertengkaran yang hebat antara keduanya; jadikan Tristan penghalang yang kuat. Atau dengan durasi itu bisa memilah mana bagian yang sangat penting dan bagian yang bila dihilangkan tidak mengurangi cerita itu sendiri. Tiba-tiba saja Cinta mengejar Rangga, dan saya dibiarkan menerka-nerka apa yang terjadi dengan Cinta dan Tristan sebelum itu. Padahal sebagai penonton saya butuh apa yang Tristan lakukan atau perbuat setelah tahu Cinta—sebagai calon istrinya—bertemu dan jalan bersama Rangga—mantan kekasih calon istrinya itu. Cinta meninggalkan Tristan begitu saja, kah? Tak ingatkah Cinta saat dia ditinggalkan oleh Rangga begitu saja?

Jadi, siapa yang jahat? Cinta atau Rangga?

Salam,
Ari Keling.

Ketika Si Jenius Patah Hati (Rudy Habibie: Habibie Ainun 2)

Sumber gambar atau poster : MD Pictures.
Film ini memang sudah saya tunggu lantaran trailer-nya yang menurut saya sangat menjanjikan, tentu jika dilihat dari kisah cinta antara Rudy dan Illona. Ya, dari cuplikan itulah rasanya film ini akan ‘megang’ banget emosi penonton dan bisa jadi membuat kita berkali-kali berusaha membendung air mata. Namun, sebelum menonton saya mengingatkan diri saya sendiri, bahwa Rudy dan Illona tak akan bisa bersama; mereka akan berpisah; ini kisah cinta mereka yang tak sampai. Lagi-lagi, semua itu saya tahu dari trailer atau cuplikannya, tentang perbedaan agama dan negara. Pun ini film prekuel Habibie & Ainun, jadi saya sudah tahu akhir kisah cinta Rudy dan Illona. Lantas mengapa saya tetap merasa film ini menarik dari sudut pandang romance atau kisah cerita mereka? Ya, tentu saya ingin tahu bagaimana kisah Rudy dan Illona yang bahkan hanya dari trailer-nya saja seperti saling mencintai dengan sangat hebat.

Sekali lagi, karena cuplikannya itu saya terlupa bahwa ini film bergenre drama tentang kisah muda sang visioner: Rudy Habibie sebelum dikenal sebagai teknokrat dan presiden Republik Indonesia ke-3: B. J. Habibie. Rudy ingin sekali membuat pesawat terbang. Dia pula ingin menjadi ‘mata air’ seperti pesan Papinya sebelum meninggal dunia agar berguna untuk orang banyak. Ya, bahkan film ini dimulai jauh sebelum Rudy sampai kuliah di RWTH Aachen, Jerman Barat. Awalnya menceritakan Rudy yang masih bocah dan hidup di Parepare, dan saat itu masih terjadi peperangan atau pengeboman oleh pesawat-pesawat penjajah—yang awalnya membuat dia membenci pesawat terbang. Saat Rudy sekeluarga dan para penduduk harus mengungsi mencari tempat yang lebih aman, yang paling saya ingat di saat genting itu dia bersikeras membawa pesawat mainannya dan sebuah buku. Sampai akhirnya dia sekeluarga ke Gorontalo karena memang Papinya berasal dari sana.

Di blurb film ini diberitahu pesan almarhum Papinya. Papinya meninggal saat menjadi imam salat sekeluarga; ketika sujud. Bagian ini sangat mengharukan. Ya, membuat seluruh penonton yang full dalam studio terdiam sedih—karena film ini ada uncur komedinya. Bahkan, saya pun diam-diam menahan sesak dalam dada. Mungkin karena saya tahu betul rasanya kehilangan seorang Bapak di saat usia masih terbilang sangat muda. Dan tentu, bagaimanpun kehilangan seseorang yang kita sayangi membuat sedih, yang pada akhirnya pula kita harus menerima. Ya, itulah hidup, setiap yang berjiwa pasti mati.

Kembali pada Rudy yang akhirnya kuliah di RWTH Aachen. Rudy hidup dalam kondisi terbatas, belajar tentang persahabatan, cinta, dan pengkhianatan bersama para mahasiswa Indonesia lainnya. Banyak konflik yang terjadi pada Rudy yang begitu ambisi dan percaya dengan cita-citanya: dari kelompok tentara pelajar Indonesia yang tak suka padanya, dari dia yang akhirnya berorganisasi dengan ikut Perhimpunan Pelajar Indonesia bahkan didaulat menjadi ketua PPI se-Eropa, dari dia yang akhirnya sakit tuberculosis tulang, dari dia yang akhirnya dikhawatirkan menjadi ancaman bagi Jerman karena Indonesia bukan bagian dari NATO; ditakutkan penelitiannya jatuh ke tangan komunis, sampai kalau tak salah dia ditawari pindah kewarganegaraan.

Saat Rudy mulai dikenal sebagai orang yang jenius, banyak gadis yang terpikat padanya. Muncullah Illona Ianovska, gadis Polandia yang memang sangat menyukai Indonesia dan pernah tinggal bersama orangtuanya di Marsawa. Padahal, sebelumnya Rudy mendapat perhatian dari gadis manis bernama Ayu—adik putri keraton Solo—yang sayangnya tak terlalu ditanggapi. Mungkin juga Rudy tidak peka. Hehe. Bisa dibilang cinta Ayu bertepuk sebelah tangan.

Rudy dan Illona jadi sering bersama setelah berkenalan. Saya sempat bingung bagaimana keduanya seperti tiba-tiba saja bisa menjalin hubungan asmara yang terlihat begitu kuat. Jika dilihat dari Rudy dan Indonesia, film ini sangat bagus. Namun jika dilihat dari cinta Rudy dan Illona, rasanya ada yang kurang dibangun sampai keduanya tampak memiliki cinta sebesar gunung. Sampai kemudian saya berpikir, ah soal perasaan memang rumit—ada perasaan hebat yang cepat tumbuh dan ada pula yang perlahan-lahan. Kira-kira seperti itulah. Atau ... mungkin karena Illona yang menyukai Indonesia dan kemudian bertemu dengan laki-laki Indonesia yang jenius. Mungkin juga karena hanya Illona, gadis yang sangat mendukung dan memercayai segala mimpi dan cita-cita Rudy. Ya, memang jika kita bertemu dengan seseorang yang percaya betul dengan semua mimpi-mimpi kita, cita-cita kita, segala kegilaan kita, betapa membahagiakan dan sulit sekali untuk dilepaskan. Atau memang barangkali kisah nyatanya seperti itu adanya.

Tibalah pada pilihan-pilihan. Mami Rudy menemui Illona, menjelaskan jika Illona benar-benar mencintai Rudy apakah dia bersedia pindah ke Indonesia dan menjadi Islam? Tentu tidak mudah. Illona yang benar mencintai Rudy sebenarnya tak paham betul apakah Rudy benar-benar mencintainya, sampai kemudian dia juga bertanya, apakah seorang Rudy pantas menerima pengorbanannya itu?

Seperti menemui jalan buntu. Illona pun mengajak Rudy untuk pergi bersama memulai kehidupan baru. Dengan kalimat lain, Rudy diminta memilih antara Indonesia atau Illona. Dengan berat hari Rudy melepas Illona. Selain dialog-dialog atau percakapan antara Rudy dan Illona yang bagus dan ‘romance banget’, saya akui ketika perpisahan mereka di stasiun pun punya ‘rasa’ yang cukup memukul dada dan membuat mata berkaca-kaca. Di saat terakhir itu pula tak lepas karena diiringi lagu yang dinyanyikan oleh Cakra Khan—Mencari Cinta Sejati—yang menjadi OST film ini.

Baiklah segitu saja. Kemudian kita menunggu Habibie & Ainun 3 dan kemungkinan ini prekuel keduanya.

Salam,
Ari Keling.

SURAT PENGANTAR NASKAH KE PENERBIT

Mengirim naskah fiksi maupun nonfiksi ke penerbit sebaiknya menyertai Surat Pengantar Naskah. Surat itu semacam salam kepada pihak yang ingin kita ajak kerja sama. Sederhananya begitu. Seperti hendak masuk ke rumah orang, kita bersopanlah. Nah, saya biasanya menyertai surat itu di badan e-mail jika mengirim naskah ke penerbit melalui e-mail. Contohnya seperti ini :


Bekasi, 1 Oktober 2013.


Kepada
Redaksi Penerbit Grasindo
Gedung Kompas Gramedia
Jl. Palmerah Barat No. 33-37
Jakarta 10270
Tlp. (021) 53698098


Dengan hormat,

Bersama ini saya kirimkan naskah fiksi berjudul  Pemilik Sepi.  Naskah novel ini sudah saya lengkapi dengan sinopsis dan biodata penulis.

Saya berharap akan segera mendapat kabar dari Grasindo mengenai layak tidaknya naskah tersebut untuk diterbitkan oleh Grasindo.

Terima kasih atas perhatian dan kerja samanya.


Hormat saya,


Ari Keling.


Begitulah Surat Pengantar Naskah yang biasa saya sertai dalam mengirim naskah ke sebuah penerbit. Itu contoh ke Penerbit Grasindo. Jika kawan-kawan hendak mengirim ke penerbit lain, tinggal ganti saja nama dan alamat penerbit yang dituju.

Oke, Kawan-kawan. Semoga bermanfaat ya. Selamat menulis dan berkarya!
Salam,
Ari Keling.

Selasa, 07 November 2017

Mengenang Kenang


Ada seseorang yang berlari, tapi hanya mengejar kehampaan. Ada seseorang yang menanti, tapi tak ada yang kembali. Ada seseorang yang menunggu, tapi tak tahu siapa atau apa yang ditunggu. Ada seseorang yang rindu, tapi tak pernah sampai ke tempat tujuan. Ada seseorang yang berusaha mendekati cinta, tapi tak pernah mampu ia dapatkan. Ada seseorang yang berharap pada harapan yang tak bisa diharapkan.

Ada seseorang yang baru saja membaca tulisan ini, mungkin dia tengah mengalami keenam hal tadi.

Kadang kita lupa, mencintai pun ada batasnya.
_____________________________________________________

"Aku kira. Hanya aku yang bisa merasa sakit karena mencintai yang sudah bukan milikku. Ternyata ahh ...."

(Prilly Latuconsina, aktris, penyanyi, penulis buku '5 Detik dan Rasa Rindu').
_____________________________________________________

Ari Keling - Berpisah (OST buku Mengenang Kenang) : https://m.soundcloud.com/ari-keling/ari-keling-berpisah-ost-buku-mengenang-kenang


Ganteng-ganteng Setan

"Tentang lekong-lekong terong yang baru metong."

Dudo, cowok romantis. Egin, cowok nakal. Reno, cowok usil. Mereka mengalami cara mati yang anti mainstream. Mendadak mati dan lantas menjadi hantu adalah hal yang sangat mengejutkan. Bagaimana tidak? Selain belum siap untuk mati (emang udah ada yang siap?), mereka juga meninggalkan urusan kehidupan yang belum selesai.

Ketiganya adalah remaja ganteng yang populer di sekolah masing-masing. Dipertemukan di sebuah pemakaman, berkenalan, lantas berkawan. Selain punya urusan masing-masing dengan kehidupan sebelum mati, mereka jadi bisa melihat makhluk-makhluk halus. Tak mudah bagi mereka untuk memohon maaf kepada orang-orang yang mereka kenal, dan tentu sulit sekali menjalani hidup sebagai hantu yang takut pada hantu.

Mampukah mereka bertiga menuntaskan misi memohon maaf, lalu kembali ke makam masing-masing untuk menjalani kematian dengan tenang dan damai?

Lagu 'Mohon Maaf' OST Novel Ganteng-ganteng Setan : https://soundcloud.com/ari-keling/ari-keling-mohon-maaf-ost-novel-ganteng-ganteng-setan

-------------------------------------------------------
"Baca GGS kayak lagi nonton film bioskop rasa sinetron yang digarap Hollywood, dimainkan aktor Bollywood dengan subtitle Betawi. Kombinasi antara parodi, tragedi, komedi dan satir yang sederhana. Seru abis!"
Ceko Spy, penulis serial Miss Lebay, Script Editor Film, Drama & Sport Trans TV.

"Menarik sekali membaca karya terbaru Ari Keling. Sepert menikmati variasi rasa dalam sepaket imajinasi: kelucuan, kengerian, romansa, dan melankolistik. Pengarang berhasil mengolah semua elemen menjadi pakem horor komedi yang renyah, sederhana tapi berkelas. Keren. Baca Ganteng-ganteng Setan, bakalan baca lagi dan lagi deh!
Erry Sofid, penulis skenario film Pocong Ngesot, Pocong Rumah Angker, Kepergok Pocong, Kuntilanak Kesurupan, Nyi Roro Kidul Project, 3 Pocong Idiot)

Februari: Ecstasy

Mayang :
Napasku memburu. Bayangan Nugie mati di tanganku mulai berputar. Bagaimana aku bisa membunuh dia? Aku tumbuh besar bersamanya. Aku mencintainya.

Nugie :
Joya terus menatapku. Kutatap dia jauh lebih dalam, bila perlu sampai menembus hatinya. Biar aku bisa menetap di sana. Ya, aku harus bisa menguasai Joya.

Joya :
Kubakar ujung lintingan yang lebih besar, kuisap dalam-dalam asap organik itu. Sejenak aku lupa akan Nugie dan Mayang. Kalau aku boleh meminta, aku ingin melupa semuanya.
***
Mayang, Nugie dan Joya dicurigai sebagai pembunuh Sukoco, Sang Pemimpin Geng dan juga merupakan ayah Nugie. Si kembar Mayang dan Joya dibesarkan Sukoco setelah pria itu membunuh kedua orang tua mereka 12 tahun lalu. Tapi semua orang juga tahu, Nugie sangat membenci ayahnya sendiri. Hanya ada satu pemimpin yang boleh menguasai seluruh rusun. Mereka bertiga hanya punya dua pilihan, membunuh atau terbunuh.

____________________________________
Dengarkan atau unduh dulu lagu 'Tak Berbalas' ke sini : https://soundcloud.com/ari-keling/ari-keling-tak-berbalas-ost-novel-februari-ekstasi

TAK BERBALAS

Di bawah mendung yang menggantung
Aku tahu semua akan berkabung
Seluruh hatiku ini
Seluruh pikirku ini
Mengharu biru mati

Di bawah hujan malam ini
Aku sadar telah mencintamu
Sedalam-dalam hatiku
Sedalam-dalam pikirku
Sedalam-dalam aku

Aku tak lagi punya hati
Aku tak lagi punya mimpi
Aku tak lagi punya waktu
Aku tahu sudah sendu
Aku hanya air mata
Aku hanya luka-luka

Ku akan pergi detik ini
Sudah jelas tak berbalas
Biar segalanya lekas tuntas
Aku bebas lepas dari dirimu
Yang telah memilih dia
Dan tak pernah bisa mencintaimu seperti aku
Kita sama ... kita hampa hilang tanpa cinta

Kita tak lagi punya hati
Kita tak lagi punya mimpi
Kita tak lagi punya waktu
Kita tahu sudah sendu
Kita hanya air mata
Kita hanya luka-luka

Rasa Ini ...

"Andai saja dia tahu, sebenarnya aku tidak ingin dia pergi."

“Mengapa sulit sekali mengutarakan cinta di usia yang masih sangat muda?”
Billy tidak berani mengutarakan perasaannya. Ingin menelpon ke rumah Putri pun dia takut dan malu. Di tahun 2002 ponsel masih menjadi barang yang jarang sekali dimiliki murid berseragam putih-biru. Andai Billy memiliki alat komunikasi itu, pastilah dia mengungkapkan cintanya melalui telepon selular tersebut. Akhirnya Billy mengirim surat cinta yang dimasukkan ke kotak pos pinggir jalan, perkiraannya sebelum pengambilan ijazah surat itu sudah sampai ke tangan Putri. Tapi ternyata perkiraan Billy meleset. Billy berpikir, Putri menolak cintanya dengan cara tidak mau menemuinya di hari pengambilan ijazah. Billy salah, dan akhirnya pindah ke kota lain.

“Hati seorang gadis paling patah adalah ketika berhasil mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan cinta, tetapi lelaki yang dicintainya sudah tak lagi ada di hidupnya.”
Sementara Putri yang akhirnya memberanikan diri untuk mengutarakan cintanya, tidak mendapati Billy di hari pengambilan ijazah. Putri berpikir, Billy memang tidak pernah mencintainya.

Lima tahun kemudian mereka dipertemukan di acara reuni. Billy yang masih menginginkan Putri, sementara gadis itu sudah tak lagi sendiri. Keadaan sudah tak lagi sama, meski rasa itu masih seperti sedia kala. Akankah mereka bisa bersama, ataukah cinta hanya dapat bersarang di dalam dada? Sementara Lima tahun surat cinta itu tetap berada di kotak pos pinggir jalan. Lima tahun cinta yang putih itu menguning. Lima tahun dua jiwa tidak tahu saling mencintai. Lima tahun waktu yang sangat cukup untuk mengubah segalanya.
---------------------------------------------------------------------------
“Novel remaja yang memberikan pembelajaran, tapi renyah dan nikmat untuk dikunyah.”
(Eva Sri Rahayu, penulis “I’m Not an Underdog”, “Dunia Trisa” dan “Love Puzzle”)

“Kisah yang manis, seperti dibawa ke masa-masa cinta pertama. Cinta yang sederhana, dikisahkan dengan gaya bercerita melankolis nan lembut khas Ari Keling. Very recommended.”
Zachira, penulis “So... Loveable”, “Diamond Sky in Edinburgh” dan "Kimi no Hitomi ni Hikari")
--------------------------------------------------------------------------------------------
Lirik lagu :
RASA INI

Telah cukup lama
Aku berusaha
Melupa segala
Tentang kamu
Sudah seharusnya
Aku berupaya
Membuang kenangan
Masa lalu

Tapi semua menjadi berbeda
Saat kita kembali berjumpa

Rasa ini hidup lagi
Tumbuh dan bersemi
Aku tak peduli
Walau kamu tak lagi sendiri
Aku menjadi buta
Dan merela cinta
Melangkah bersama
Dan aku terus tergoda

Tapi semua itu
Dibukakan waktu
Terlalu sulit
Menjadi aku
Hari demi hari
Aku menyadari
Dan semakin mengerti
Rasa ini

Aku terjatuh
Aku terjebak
Aku tertipu
Aku lelah
Aku pasrah
Aku menyerah
Dan akhirnya
Kita sepakati

Saling memunggungi
Melangkah sendiri
Memikul rasa ini
Cinta yang tak termiliki
Meskipun kita tahu
Kita tak pernah mau
Namun kenyataan
Hatimu seperti itu

Sila ke sini : https://soundcloud.com/ari-keling/ari-keling-rasa-ini-ost-novel-rasa-ini

Satu Cerita tentang Cinta

Aku iri pada padamu! Ya, kamu! Siapa lagi? Siapa lagi yang tengah memegang buku ini? Kamu tahu mengapa aku iri? Sebab di bumi ini kamulah yang jadi tokoh utama. Mengapa tidak ada kesempatan untukku bercerita? Mengapa hidup ini begitu tidak adil padaku? Mengapa hanya kamu yang bebas berbicara? Mengapa hanya kamu yang diberi kesempatan bertutur melalui buku? Hei, aku juga mau! Mengapa sepertinya sang hidup kurang welcome padaku? Mengapa, mengapa dan mengapa?
Di kesempatan ini. Kumohon, izinkan aku untuk berbagi, atau paling tidak agar kamu tahu bahwa aku ada. Ya, aku ada di sini, di dekatmu. Kumohon mengertilah, dengarkan aku kali ini saja. Aku hanya minta kamu menyisakan waktu barang satu atau dua jam untuk membaca kisahku. Izinkan aku berbicara, izinkan aku bercerita, sebab aku juga punya rasa, hati, jiwa dan cinta.
***
SATU CERITA TENTANG CINTA
"Tentang sebuah boneka yang jatuh cinta."

Aku sebuah boneka. Aku mendapati diriku terperangkap pada satu kata, cinta. Salahkah jika aku mencintai seorang gadis manis bernama Irma?
Aku bernapas di dekat Irma, tetapi dia tidak tahu kalau aku juga menghela udara yang sama di kamar ini. Aku bisa merasakan detak jantungnya yang menyenandungkan irama cinta, tetapi dia tidak menyadari kalau jantungku pun berdetak seirama dengan jantungnya. Dia tidak sadar kalau selama ini detak jantung kami sering sekali bersatu memainkan irama lagu tentang cinta. Cinta kami yang sama-sama terpasung. Cinta yang aku jaga seutuhnya untuk Irma, tetapi Irma semakin menyuburkan cintanya untuk Rian.
Menyakitkan!
Lantas bagaimana aku bisa membuat Irma tahu ada cinta di hatiku, sementara dia tak bisa mendengar suaraku? Apa yang harus aku lakukan agar Irma mengerti rasa ini, sedangkan seluruh manusia menganggapku sebuah benda mati?
-------------------------------------------------------------------------------
“Sebuah kisah tentang patah hati dan tidak ada pilihan lain selain menerima. Sebuah perjalanan tentang hidup dan jatuh cinta. Lagi.”
(Devania Annesya, penulis ‘X: Kenangan yang Berpulang’, ‘Elipsis’ dan ‘Muse’)
---------------------------------------------------------------------------------------------
Silakan dengarkan atau unduh lagu 'Di Sini', OST Novel #SatuCeritaTentangCinta ke sini : https://soundcloud.com/ari-keling/ari-keling-di-sini-ost-novel-satu-cerita-tentang-cinta

Semua tentang Kamu

"Aku tak mau kehilangan cinta untuk kedua kalinya."

Lelaki itu bernama Arman. Jika kau seorang perempuan, dan seluruh lelaki berkata kau cantik, sungguh Arman tak akan pernah tertarik. Sebab, kedua mata Arman sudah tertuju pada Dian. Di hatinya sudah terukir nama gadis itu. Di kepalanya pun tak ada yang lain. Baginya, seluruh dunia ini tentang Dian. Segalanya Dian. Dia sangat setia pada Dian, tapi kesetiaannya itu dipertanyakan. Bagaimana bisa kesetiaan yang memang baik, tapi belum tentu menjadi benar?


Lagunya : https://soundcloud.com/ari-keling/ari-keling-semua-tentang-kamu-ost-novel-semua-tentang-kamu

Tumbal Jalur Maut

"Selalu ada yang memperhatikanmu. Jangan lengah atau nyawamu hilang."

Riana tak kuasa untuk berteriak. Dia juga tak mampu menahan lonjakan air dari kelenjar air matanya itu. Tak bisa pula membangun bendungan di pelupuk kedua matanya. Tangis Riana pecah. Dia menangis sesegukan dalam keadaan tersorot lampu penerangan jalan yang berkedip-kedip. Yang lebih menyeramkan lagi. Angin berembus berputar mengelilingi Riana. Dia bisa melihat bunga-bunga kamboja yang berserakan di jalanan itu bergerak mengikuti embusan angin tersebut. Meliuk-liuk. Berputar-putar. Bunga-bunga itu seperti ini menggulung tubuh Riana. Jalanan yang lurus membentang tetap lengang. Tempat itu bagai panggung kematian. Petir kembali menggelegar. Riana menggigil. Rupanya dingin mulai memilin. Kebekuan udara seolah sudah memeluknya erat. Sementara bebungaan kamboja itu masih berputar tiada henti. Bagi Riana, rasanya lebih baik pingsan saja, atau pula mati dengan segera. Namun, keadaan tidak menginginkan hal itu sampai terjadi.
______________________________________________________
Banyak jalur maut di Jakarta dan salah satunya adalah jalur maut di Bekasi, yang membuat kita lebih serius menanggapi permasalahan di Bekasi selain bully-mem-bully di media sosial. Karena jalur maut Bekasi ini bukan hanya menelan korban secara asal tapi juga tumbal bagi mereka yang bermasalah dengannya. Novel ini membuka salah satu cerita kelam jalur maut Bekasi supaya Anda lebih hati-hati bila lewat di sana.
(Lewi Satriani, penulis novel ‘Yang Belum Mati di Jeruk Purut’)

Kisah arwah penasaran berbalut dendam memang tak pernah kehilangan tempat di hati pembaca. Dan novel ini bisa jadi satu pilihan. Disajikan dengan gaya filmis, penulis berhasil merenggut nyali pembaca ke dalam alunan ceritanya. Seru, mencekam, menegangkan dan pantang untuk dilewatkan.
(Lonyenk Rap, penulis, penyiar dan rapper)

Ceritanya cukup tegang, berawal dari sebuah perjalanan perselingkuhan, dikuliti Ari menjadi kisah mencekam, setiap jengkal cerita menjadi sesak napas untuk menuntaskannya.
(Oke Sudrajatt, penulis novel ‘Kematian Kedua’, ‘Karma Menuju Kematian’)
____________________________________________
Kata Pengantar

Tumbal Jalur Maut adalah novel saya yang menceritakan atau mengambil setting tempat sebuah jalan di kota Bekasi. Awalnya saya membaca sebuah berita di media online yang menyebutkan bahwa Jalan Jendral Ahmad Yani adalah salah satu jalur maut di kota Patriot ini. Dan dari berita tersebut, warga sekitar menjelaskan atau menuturkan kalau jalan itu seperti meminta tumbal. Berangkat dari itulah saya mencoba membuat novel horor tentang jalan itu dibalut dengan cerita tentang perselingkuhan dua pasang kekasih.

Sebelum saya menuliskan cerita ini, saya menyambangi jalan tersebut. Saya sempat mengamati bagaimana kendaraan-kendaraan yang lalu-lalang, serta orang-orang yang beraktivitas di sisi jalan raya itu. Saya juga sempat mengambil gambar atau keadaan jalan tersebut. Setelah itu saya pulang ke rumah, dan menuliskan cerita ini.

Setelah novel ini rampung, ada ketakutan dalam diri saya yang tidak saya mengerti. Sampai beberapa waktu saya simpan saja naskah ini. Lantas waktu yang terus bergulir membuat saya berpikir untuk tidak mengirim lagi naskah ini ke penerbit. Biarlah naskah ini saya simpan dan tak ada yang membaca. Lagi-lagi, niat itu muncul karena ada ketakutan atau kekhawatiran yang tak saya paham sepenuhnya. Sampai terus saya menerka-nerka. Mungkin saya takut karena jalur maut itu memang benar ada. Mungkin saya khawatir bahwa tokoh-tokoh dalam novel ini ternyata benar ada dan mengalami apa yang saya tuliskan. Mungkin saya takut karena jalan tersebut kerap kali saya lintasi. Dan kemungkinan-kemungkinan lain yang enggan atau tak bisa saya jelaskan di sini.

Sampai beberapa waktu kemudian. Seperti ada yang menyadarkan saya. Ya, bahwa di setiap jalan pasti ada saja kemungkinan terjadinya kecelakaan. Cerita ini bisa jadi semacam mengingatkan atau mungkin pemberitahuan kepada siapa pun untuk berhati-hati di jalan raya, patuhi rambu-rambu lalu-lintas, berkosentrasi dan tak lupa selalu berdoa. Berangkat dari itulah, akhirnya saya kirimkan naskah Tumbal Jalur Maut ini ke penerbit Kinomedia (Kinomedia Writer Academy) dengan harapan yang sederhana kepada pembaca, ambil yang baiknya dari cerita ini, dan tentu buang saja yang buruknya.
Selebihnya, semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.

Bekasi, 28 Oktober 2014.
Ari Keling.
-----------------------------------------------------------------
Ah ya, terlepas dari hal-hal gaib atau mistis di jalan ini, ada saja hal-hal yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Seperti foto yang saya ambil di sana. Ada orang-orang yang menyeberang jalan langsung di jalan raya, sementara ada jembatan penyeberangan di dekat mereka. Mobil yang parkir di area dilarang parkir, serta pengendara motor yang melawan arah tanpa mengenakan helm. Dan mungkin ada hal lainnya yang lepas dari pengamatan saya.

Salam.
---------------------------------------------------------------
Bisa pesan novel ini ke Kinomedia WA.

Novel ini juga tersedia di aplikasi Wayang (iTunes, Android, Windows phone, Blackberry, website).#eBook
http://www.wayang.co.id/index.php/toko/detail/37158

Coming Soon

"Sssttt .... Jangan berisik, sebentar lagi pertunjukan akan dimulai ...."

Pernah membayangkan bila orang yang ada di sebelahmu, orang yang kau anggap sama sepertimu ternyata bukan manusia?


Bagaimana bila itu terjadi saat kau sedang asyik menonton film di bioskop? Ruangan yang gelap dan kau merasakan bahwa orang-orang di sekitarmu terlihat aneh. Mereka diam, tanpa ekspresi, hanya menatap ke layar bioskop. Saat tiba-tiba ada sesosok wajah menatapmu begitu dekat dan kau merasakan bau busuk yang amat sangat, mata yang menyala, dan wajah yang rusak. Jangan pernah menuruti permintaan mereka atau kau akan selamanya hilang dari dunia ini.

Perhatikan apa yang kau sentuh, apa yang kau makan dan minum di dalam bioskop! Mungkin kau menyentuh tangan roh gentayangan, memakan bola mata, atau bahkan meminum darahmu!

Asa-asa Kering

“Cinta tidak datang dengan sendirinya, hanya saja terkadang kita tidak sadar tengah menciptakan cinta itu, terlebih kepada seseorang yang tidak tepat untuk kita cintai.”

Aku mencintai Nadia. Nadia mencintai Rizal. Dan Rizal mencintai Reika, kekasihnya. Aku dan Nadia mencintai saja. Cinta kami tak berujung; kami berjalan beriringan tapi tak bisa bergandeng tangan; melangkah di jalan yang sama tetapi beda tujuan. Menyakitkan!
***
Jika cinta adalah sebuah jarum, aku seperti mencari sebuah jarum di dalam tumpukan jerami. Jika cinta adalah semua rasa, aku adalah lidah yang mengecap-ngecap berusaha merasakannya padahal aku mati rasa. Jika cinta adalah keindahan dunia, aku adalah mata yang mengerjap-ngerjap berusaha melihatnya padahal aku buta, hanya hitam pekat yang aku lihat. Jika cinta adalah rangkaian nada yang mengalun indah, aku adalah telinga yang berusaha mendengarnya padahal aku tuli. Jika cinta adalah kehidupan, aku adalah orang yang mati dan berharap kematianku ialah mati suri.
___________________________
“Membaca novel ini, ada bagian tertentu yang membuat hati menjadi hangat atau malah tersengat rasa nyeri. Ada banyak kalimat puitis yang membuat novel ini 'berbeda'. Dan aku suka.”
(Indah Hanaco, penulis ‘Rainbow of You’ dan ‘Beautiful Temptation’)

“Kisah cinta tak hanya memiliki satu warna dan satu rasa. Novel ini membawa kita merasakan warna-warni dan aneka rasa cinta itu.”
Triani Retno A, penulis ‘Bila Mencintaimu Indah’ dan ‘Braga Siang Itu’)
________________________________

Book trailer-nya : http://www.youtube.com/watch?v=2TVnmLAozfE&feature=youtu.be

Bisa dengerin atau download lagu 'Segala Mengering' ke sini : https://soundcloud.com/ari-keling/ari-keling-segala-mengering-soundtrack-novel-asa-asa-kering

Honesty

"Mereka bercerita dengan hati yang paling jujur. Tapi ... dari belakang!"

Penulis : Mitha Juniar & Ari Keling
Penerbit : Grasindo
Terbit : Juli 2014

Ya, Mikhaela dan Azriel menceritakan satu sama lain dengan hati yang paling jujur, tapi ... dari belakang!

Dadaku berdesir ketika tahu kau yang akan memilikiku. Dan dengan hati, aku ingin jujur. Aku menyukai rencana orang tua kita, seperti aku menyukaimu.
(Mikhaela)

"Jangan terlalu percaya diri! Kepada semua perempuan aku berbuat begitu. Jadi kamu bukanlah yang teristimewa," ucapku membatin.
(Azriel)

Novel yang dikisahkan dengan sudut pandang berbeda!
Kamu boleh memulainya dari sudut pandang Mikhaela atau Azriel, yang jelas, lebih asyik dibaca secara bergantian. Misal, dimulai dari bab satu Mikhaela, setelah itu baca bab satu Azriel. Begitu seterusnya.

Download atau dengerin lagu 'Kita' ke sini : https://soundcloud.com/ari-keling/ari-keling-kita-soundtrack-novel-honesty

Jatuh

"Surat ini masih kusimpan baik-baik, semoga kelak kau pun tersenyum saat membacanya."

Penulis : Ari Keling
Penerbit : Rumah Oranye
No. ISBN : 9786021588710
Terbit : Mei 2014

Surat cinta, mungkin terdengar konyol karena sekarang bukanlah masanya untuk mengungkapkan rasa lewat sebuah surat. Namun, lewat surat-surat yang kau kirim padaku, aku merasakan nuansa romantis yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Aku selalu membayangkan wajahmu tiap menuliskan surat-surat ini, atau aku yang sering tersenyum dan gemas sendiri bila membaca suratmu.

Aku tak peduli betapa banyak orang yang mencoba menarik hatiku, meski kita tak juga bertemu, namun aku tahu kaulah yang sangat tulus mencintaiku. Kau yang menjagaku lewat kalimat-kalimat dalam suratmu. Kau yang merindukanku lewat kata-kata cinta di dalam suratmu.

Aku tak tahu lagi ke mana harus mencarimu saat surat itu tak lagi ada. Aku yang mencoba meyakinkan diriku bahwa kau nyata untukku. Aku yang menepikan semua hasrat cinta dari mereka yang mencintaiku. Aku hanya ingin bertemu denganmu, ingin segera memelukmu, meski mungkin itu hanya inginku. Apa pun itu, aku tak akan membiarkan hatiku JATUH pada hati yang salah.

Dengerin atau download lagu "Aku Jatuh' ke : https://soundcloud.com/ari-keling/ari-keling-aku-jatuh-soundtrack-novel-jatuh

GHOST BACK TO CAMPUS

Sequel dari buku sebelumnya, ASRAMA HANTU GENDENG.

Sebuah novel horor komedi yang ditulis secara berantai oleh beberapa penulis, salah satunya saya.

Penerbit : Penerbit Anza